Senin, 19 September 2016

Sejarah Perkembangan PT. Dua Kelinci


  Sejarah Perkembangan PT. Dua Kelinci
Ho Sie Ak dan Lauw Bie Giok pertama kali menemukan merek Dua Kelinci dengan hanya mengemas ulang kacang yang dibeli langsung dari petani. Pada tahun 1972 mereka memberi produk kacang mereka dengan nama merek dagang “Sari Gurih,” dan mulai menggunakan logo legendaris dua kelinci yang masih terkenal sampai saat ini.
Dua kelinci berdiri pada tahun 1972, PT Dua Kelinci bermula dari industri rumah tangga kecil yang memproduksi kacang garing. Wilayah edarnya pun terbatas, hanya di Surabaya dan sekitarnya.
·         1972 Bisnis kacang garing di dirikan oleh keluarga dari Mr.Ho Sie dan Mrs. Louw Bie Gio dengan merek SARI GURIH dan sekarang terkenal dengan nama DUA KELINCI, logo pertama kali digunakan pada tahun 1972.
·         1982 Perusahaan telah melakukan branding produk mereka untuk popularitas logonya yang berganti nama dari SARI GURIH untuk DUA KELINCI pada tahun 1982.
·         1985 PT Dua Kelinci didirikan pada tanggal 15 Juli oleh Mr.Ali Arifin dan Mr.Hadi Sutiono dan terletak di Pati, Jawa Tengah yang disebut industri kacang panggang di jantung Indonesia.
·         2000Pengembangan produk dan diversifikasi telah di mulai dan berbagai kacang goreng, tepung kacang tanah, dan makanan ringan berbasis di lapisi tepung telah diperkenalkan di pasar seperti Sanghai DK, Hot Nut, Garlic Nut, HA Lofet, dan lain-lain. Peralatan paling canggih dan mesin modern telah di pasang untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
·         2006 Pengembangan produk gandum dan sereal baru dimulai
·         2007 Mulai menerapkan standar kualitas internasional, keamanan pangan dan standar halal untuk semua produk untuk mengembangkan visi menjadi yang terbaik di bidang makanan dan minuman.

 
Gambar  Merek “Sari Gurih” dengan logo dua kelinci tahun 1972

Gambar Logo Dua Kelinci tahun 1985
 
Visi untuk menjadi yang terbaik di industri makanan di capai melalui pengembangan dan prestasi mengikuti pelaksanaan sistem manajemen mutu standar internasional, standar keamanan pangan dan menyetujui standar halal internasional.
Sejalan dengan komitmen perusahaan dan mencapai visi untuk menjadi yang terbaik di industri makanan dan minuman DUA KELINCI akan terus mengembangkan kualitas di semua sektor bisnis.
Faktor penunjang yang sangat penting adalah penggunaan mesin-mesindengan teknologi tinggi, seperti mesin-mesin masak dan pencucikontinyu. Mesin-mesin pengering dan pembersih kontinyu, mesin penggoreng, dan mesin pengaduk bumbu.

Selasa, 23 Agustus 2016

Selamat membaca.
gua mau cerita dikit tentang pengalaman Praktik Kerja Lapang gua di PT DUA KELINCI. nanti gua  kasih sejarah berdirinya pabrik sampe sekarang.
Pertama dateng excited banget karena baru pertama kali gua liat sampe detail gitu. ditambah lagi peraturan sanitasi yang mengharuskan gua make kerudung. Ya its okay laah, karena perusahaan ini menjunjung tinggi kebersihan, kerapihan, dan kedisiplinan.
Foto disamping itu sama owner nya nih . Supel abis. nice to know Him :)
Perjalanan bisnis yang udah beliau tempuh istilahnya udah makan asinnya garam. naik turunnya perusahaan udah dirasain semua. tapi serius deh, PKL disini itu punya pengalaman tersendiri yang buat gua bangga bisa berkecimpung didalemnya. Jadi ada beberapa divisi. gua dibagian div.bijian khususnya polongmas.
nanti cekthisout aja sejarah yang bakal gua share.
thankyou udah nyempetin baca pengalaman gua, Tuhan berkati guys!

Selasa, 08 Maret 2016

Optimasi proses pembuatan mie dan penambahan GMS



PENINGKATAN MUTU MIE KERING JAGUNG dengan PENERAPAN KONDISI OPTIMUM PROSES dan PENAMBAHAN MONOGLISERIDA

Pengembangan produk mie berbahan baku tepung non terigu telah dilakukan oleh beberapa peneliti.teknologi yang banyak digunakan adalah teknologi ekstrusi baik menggunakan eksteruder  pencetak maupun ekstruder pemasak-pencetak.
Produk-produk yang di teliti antaranya adalah mie kering dari tepung jagung menggunakan ekstruder  pencetak (Waniska ad al,1999). Bahan yang digunakan dalam pemuatan mie jagung ini adalah jagung pipil varietas P21 ,Ca(OH)2,GMS( Gliseril Mono Stearat),NaCl, dan air.
Penyiapan tepung jagung dengan proses penepungan terdiri atas  ada dua tahap  proses  yaitu: proses penggilingan kasar dan penggilingan halus.
Proses pembuatan mie kering di lakukan dengan tahapan pencampuran  tepung dengan air                 ( 80%  bb ) dan garam( 2 %  bb).pengeringan mie jagungdi  lakukan dengan dua cara  yaitu: menggunakan fluid  bed drier dengan suhu  50 oC  dan pengeringan dengan membiarkan mie berada pada kondisi  selama 1 jam kemudian di lanjutkan dengan pengering hembus (tanpa pemberian panas selama 3 jam.
Optimasi proses pembuatan mie dan penambahan GMS
proses optimum di tetapkan  berdasarkan  contraint  keterangan dan cooking loss minimum,sedangkan  elongasi,kekenyalan dan kelengketan adalah in range.setelah di peroleh kondisi  optiimum,penelitian di lanjutkan untuk melihat  pengaruh penambahan GMS  pada empat tingkat  konsentrasi yait:0, 1, 1,5 dan 2%.

PEMBAHASAN
Pengeringan  mie jagung  dengan fluid bed drier  dengan  T=50oC menghasilkan  mie yang retak-retak  danketika direhidrasi  mie jagung menjadi patah .untuk mencegah mie keriput  seharusnya penurunan suhu  dilakukan secara bertahap

Bahan Baku dan Ingredien
Bahan baku utama dalam pembuatan mi kering jagung adalah tepung jagung kuning. Pemilihan varietas jagung kuning didasarkan pada kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi mi dengan warna kuning, sehingga dengan penggunaan jagung kuning, tidak perlu ada penambahan pewarna.

Untuk pembuatan mi jagung, harus digunakan tepung jagung yang bermutu baik. Tepung jagung yang tidak sesuai dengan syarat untuk pembuatan mi jagung, akan menghasilkan mi yang kurang baik. Syarat yang pertama harus berasal dari jagung pipil yang bermutu baik. Ukuran tepung yang optimum untuk menjadi bahan baku mi jagung adalah lolos ayakan 80 mesh (kira-kira ukuran granula tepung 180 mikron meter).
Bahan lainnya terdiri dari air, garam dapur, dan GMS (Gliseril Mono Stearat). Air berfungsi utama untuk media dalam proses gelatinisasi. Air yang ditambahkan sebanyak 80% dari berat tepung (tergantung dari kadar air tepung). Garam dapur berfungsi untuk memberi rasa, memperkuat tekstur mi dan meningkatkan elastisi-tas. Garam dapur ditambahkan sebanyak 2% (berat tepung). GMS berfungsi untuk mengurangi kelengketan mi ketika keluar dari die ekstruder. GMS diperlukan sebanyak 0,8-1% (berat tepung).

Teknologi Produksi Mi Kering Jagung
Teknologi produksi mi kering dibuat dengan menggunakan teknologi cooking-forming extruder. Pembuatan mi meliputi tahap pencampuran, pencetakan, penge-ringan dan pengemasan. Proses produksi mi kering jagung secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pencampuran bahan
Pencampuran bertujuan untuk menghomogenkan (meratakan) bahan-bahan dalam adonan. Bahan kering (tepung jagung dan GMS) dicampur dengan mixer selama 3 menit. Garam dilarutkan ke dalam air, kemudian ditambahkan ke dalam tepung secara perlahan-lahan sambil terus di-mixer selama 5 menit, sampai terbentuk “granula”.
Pencetakan adonan
Adonan mi dimasukkan ke dalam ekstruder secara terus-menerus. Jika ada jeda (berhenti) ketika memasukkan adonan akan berdampak pada shear stress yang kurang dan gelatinisasi yang berlebih. Ekstruder di-set pada suhu 90oC dan kece-patan 130 rpm. Jika suhu kurang, gelatinisasi tidak akan dicapai dan matriks struktur mi akan rapuh. Kecepatan ulir yang terlalu tinggi menyebabkan waktu
tinggal bahan di dalam ekstruder terlalu cepat dan proses gelatinsasi juga akan kurang.
Pengeringan mi
Apabila mi akan dibuat mi kering, maka mi dikeringkan dengan meng-gunakan kering angin (kipas angin) selama 48 jam, atau dengan fluid bed drier (suhu 35oC) selama 12 jam sehingga kadar air mencapai sekitar 10%. Mi kering kemudian didinginkan sebelum dikemas. Pengeringan langsung menggunakan fluid bed drier dengan suhu > 40oC dapat menyebabkan pengeluaran air yang terlalu cepat, mi akan retak-retak dan hancur ketika dimasak. Ciri mi sudah kering adalah mudah dipatahkan dan warnanya bening (glasses)
Prosedur Pembuatan
Peralatan
  • Timbangan
  • Handmixer
  • Ekstruder Pemasak Pencetak ulir tunggal
  • Fluid bad dryer
  • Kipas angin

Bahan
  • Tepung jagung (lolos ayakan 100 mesh)
  • Air
  • Garam
    • GMS
Prosedur kerja
  1. Timbang bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi mi kering (per 100 g tepung): tepung jagung (100 g), garam dapur (2%), GMS (1%), dan air (65%). Proses bersifat kontinyu sehingga penimbangan bahan dapat dilakukan pada basis tepung jagung 2 kg.
    1. Campur tepung terigu dan GMS hingga merata (hand mixer kecepatan rendah 3 menit). Larutkan gram dapur ke dalam air, kemudian campurkan ke dalam tepung perlahan-lahan sambil terus di-mixer.
    2. Hidupkan ekstruder. Set suhu 92oC dan kecepatan 75 rpm. Pasang die yang berukuran 1,2 mm.
    3. Masukkan adonan ke dalam ekstruder secara terus-menerus (jangan ada ber-henti).
    4. Setelah pencetakan, potong mi, timbang dengan berat yang seragam, misalnya 90 gram dan bentuklah menjadi bentuk kotak-kotak. Atur di atas alas stainless steel.
    5. Untuk mendapatkan mi kering, berikan hembusan udara dengan kipas angin selama 48 jam atau keringkan dengan fluid bed drier pada suhu 35oC sampai kadar air kira-kira 10%.
    6. Setelah dingin, kemas mi kering dalam plastik dan tutup dengan mesin sealer.

Pustaka
Chen, Z. 2003. Physicochemical Properties of Sweet Potato Starches and Their Application in Noodle Products. Ph.D. Thesis Wageningen University, The Netherlands.
Kusnandar F. 1998. Effect of Processing Conditions, Additives and Starch Substitution on the Quality of Starch Noodle. Master Thesis. Universiti Putra Malaysia.
Muhandri T, Subarna. 2009. Optimasi formula dan proses pembuatan mi instan jagung. Laporan Hibah Bersaing. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Muhandri T, Subarna, Nurtama B. 2008. Karakterisasi tepung berbagai varietas jagung kuning dan potensinya untuk dibuat mi jagung. Laporan Hibah Bersaing. Institut Perta-nian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Waniska RD, Yi T, Lu J, Xue Ping L, Xu W and Lin H. 1999. Effects of Preheating Tempe-rature, Moisture, And Sodium Metabisulfite Content on Quality of Noodles Prepared from Maize Flour or Meal. Journal Food Science and Technology International, 5: 339- 346