PENINGKATAN MUTU MIE
KERING JAGUNG dengan PENERAPAN KONDISI OPTIMUM PROSES dan PENAMBAHAN
MONOGLISERIDA
Pengembangan produk mie berbahan baku tepung non terigu
telah dilakukan oleh beberapa peneliti.teknologi yang banyak digunakan adalah
teknologi ekstrusi baik menggunakan eksteruder
pencetak maupun ekstruder pemasak-pencetak.
Produk-produk yang di teliti antaranya adalah mie kering
dari tepung jagung menggunakan ekstruder
pencetak (Waniska ad al,1999). Bahan yang digunakan dalam pemuatan mie
jagung ini adalah jagung pipil varietas P21 ,Ca(OH)2,GMS( Gliseril Mono
Stearat),NaCl, dan air.
Penyiapan tepung jagung dengan proses penepungan terdiri
atas ada dua tahap proses
yaitu: proses penggilingan kasar dan penggilingan halus.
Proses pembuatan mie kering di lakukan dengan tahapan
pencampuran tepung dengan air ( 80% bb ) dan garam( 2 % bb).pengeringan mie jagungdi lakukan dengan dua cara yaitu: menggunakan fluid bed drier dengan suhu 50 oC dan pengeringan dengan membiarkan mie berada
pada kondisi selama 1 jam kemudian di
lanjutkan dengan pengering hembus (tanpa pemberian panas selama 3 jam.
Optimasi proses
pembuatan mie dan penambahan GMS
proses optimum di tetapkan
berdasarkan contraint keterangan dan cooking loss
minimum,sedangkan elongasi,kekenyalan
dan kelengketan adalah in range.setelah di peroleh kondisi optiimum,penelitian di lanjutkan untuk
melihat pengaruh penambahan GMS pada empat tingkat konsentrasi yait:0, 1, 1,5 dan 2%.
PEMBAHASAN
Pengeringan mie
jagung dengan fluid bed drier dengan
T=50oC menghasilkan
mie yang retak-retak danketika
direhidrasi mie jagung menjadi patah
.untuk mencegah mie keriput seharusnya
penurunan suhu dilakukan secara bertahap
Bahan Baku dan Ingredien
Bahan baku utama dalam pembuatan mi kering jagung
adalah tepung jagung kuning. Pemilihan varietas jagung kuning didasarkan pada
kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi mi dengan warna kuning, sehingga
dengan penggunaan jagung kuning, tidak perlu ada penambahan pewarna.
Untuk pembuatan mi jagung, harus digunakan tepung
jagung yang bermutu baik. Tepung jagung yang tidak sesuai dengan syarat untuk
pembuatan mi jagung, akan menghasilkan mi yang kurang baik. Syarat yang pertama
harus berasal dari jagung pipil yang bermutu baik. Ukuran tepung yang optimum
untuk menjadi bahan baku mi jagung adalah lolos ayakan 80 mesh (kira-kira
ukuran granula tepung 180 mikron meter).
Bahan lainnya terdiri dari air, garam dapur, dan
GMS (Gliseril Mono Stearat). Air berfungsi utama untuk media dalam proses
gelatinisasi. Air yang ditambahkan sebanyak 80% dari berat tepung (tergantung
dari kadar air tepung). Garam dapur berfungsi untuk memberi rasa, memperkuat
tekstur mi dan meningkatkan elastisi-tas. Garam dapur ditambahkan sebanyak 2%
(berat tepung). GMS berfungsi untuk mengurangi kelengketan mi ketika keluar
dari die ekstruder. GMS diperlukan sebanyak 0,8-1% (berat tepung).
Teknologi Produksi Mi Kering Jagung
Teknologi produksi mi kering dibuat dengan
menggunakan teknologi cooking-forming extruder. Pembuatan mi meliputi
tahap pencampuran, pencetakan, penge-ringan dan pengemasan. Proses produksi mi
kering jagung secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pencampuran bahan
Pencampuran bertujuan untuk menghomogenkan
(meratakan) bahan-bahan dalam adonan. Bahan kering (tepung jagung dan GMS)
dicampur dengan mixer selama 3 menit. Garam dilarutkan ke dalam air, kemudian
ditambahkan ke dalam tepung secara perlahan-lahan sambil terus di-mixer selama
5 menit, sampai terbentuk “granula”.
Pencetakan adonan
Adonan mi dimasukkan ke dalam ekstruder secara
terus-menerus. Jika ada jeda (berhenti) ketika memasukkan adonan akan berdampak
pada shear stress yang kurang dan gelatinisasi yang berlebih. Ekstruder di-set
pada suhu 90oC dan kece-patan 130 rpm. Jika suhu kurang,
gelatinisasi tidak akan dicapai dan matriks struktur mi akan rapuh. Kecepatan
ulir yang terlalu tinggi menyebabkan waktu
tinggal bahan di dalam ekstruder terlalu cepat
dan proses gelatinsasi juga akan kurang.
Pengeringan mi
Apabila mi akan dibuat mi kering, maka mi
dikeringkan dengan meng-gunakan kering angin (kipas angin) selama 48 jam, atau
dengan fluid bed drier (suhu 35oC) selama 12 jam sehingga
kadar air mencapai sekitar 10%. Mi kering kemudian didinginkan sebelum dikemas.
Pengeringan langsung menggunakan fluid bed drier dengan suhu > 40oC
dapat menyebabkan pengeluaran air yang terlalu cepat, mi akan retak-retak dan
hancur ketika dimasak. Ciri mi sudah kering adalah mudah dipatahkan dan
warnanya bening (glasses)
Prosedur Pembuatan
Peralatan
- Timbangan
- Handmixer
- Ekstruder
Pemasak Pencetak ulir tunggal
- Fluid
bad dryer
- Kipas
angin
Bahan
- Tepung
jagung (lolos ayakan 100 mesh)
- Air
- Garam
Prosedur kerja
- Timbang
bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi mi kering (per 100 g tepung):
tepung jagung (100 g), garam dapur (2%), GMS (1%), dan air (65%). Proses
bersifat kontinyu sehingga penimbangan bahan dapat dilakukan pada basis
tepung jagung 2 kg.
- Campur
tepung terigu dan GMS hingga merata (hand mixer kecepatan rendah 3
menit). Larutkan gram dapur ke dalam air, kemudian campurkan ke dalam
tepung perlahan-lahan sambil terus di-mixer.
- Hidupkan
ekstruder. Set suhu 92oC dan kecepatan 75 rpm. Pasang die yang
berukuran 1,2 mm.
- Masukkan
adonan ke dalam ekstruder secara terus-menerus (jangan ada ber-henti).
- Setelah
pencetakan, potong mi, timbang dengan berat yang seragam, misalnya 90
gram dan bentuklah menjadi bentuk kotak-kotak. Atur di atas alas stainless
steel.
- Untuk
mendapatkan mi kering, berikan hembusan udara dengan kipas angin selama
48 jam atau keringkan dengan fluid bed drier pada suhu 35oC
sampai kadar air kira-kira 10%.
- Setelah
dingin, kemas mi kering dalam plastik dan tutup dengan mesin sealer.

Pustaka
Chen, Z. 2003. Physicochemical Properties of Sweet
Potato Starches and Their Application in Noodle Products. Ph.D. Thesis
Wageningen University, The Netherlands.
Kusnandar F. 1998. Effect of Processing Conditions,
Additives and Starch Substitution on the Quality of Starch Noodle. Master
Thesis. Universiti Putra Malaysia.
Muhandri T, Subarna. 2009. Optimasi formula dan proses
pembuatan mi instan jagung. Laporan Hibah Bersaing. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Tidak dipublikasikan.
Muhandri T, Subarna, Nurtama B. 2008. Karakterisasi
tepung berbagai varietas jagung kuning dan potensinya untuk dibuat mi jagung.
Laporan Hibah Bersaing. Institut Perta-nian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Waniska RD, Yi T, Lu J, Xue Ping L, Xu W and Lin H.
1999. Effects of Preheating Tempe-rature, Moisture, And Sodium Metabisulfite
Content on Quality of Noodles Prepared from Maize Flour or Meal. Journal Food
Science and Technology International, 5: 339- 346