BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan produk minuman yang cukup berkembang
dalam dunia pangan. Sapi perah merupakan sumber utama penghasil susu yang
mempunyai nilai gizi tinggi. Nilai gizi susu yang tinggi mempunyai sifat yang
baik untuk kesehatan tubuh pengkonsumsinya. Namun, susu juga rentan sekali
dengan pertumbuhan bakteri, sehingga dalam pengolahannya harus dapat
mempertahankan kualitas susu. Susu sebagai salah satu produk hasil pertanian
merupakan bahan pangan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Susu juga disebut
sebagai makanan yang hampir sempurna karena kandungan zat gizinya yang lengkap.
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari
jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan
susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan
bahan baku, proses produksi, pengemasan dan penyimpanan.
Pengemasan adalah salah satu cara untuk melindungi
atau mengawetkan susu bubuk sebelum dikirim ke tempat tujuannya. Produk susu
bubuk mempunyai sifat yang higroskopis dan mempunyai berat jenis ringan. Oleh
karena itu susu bubuk harus dikemas dan disimpan secara tepat sebelum akhirnya
dikonsumsi. Fungsi pengemasan susu bubuk yaitu untuk mengawetkan susu bubuk dan
mempertahankan mutu produk, memberi kemudahan penyimpanan dan memperlancar
proses distribusi serta yang lebih penting lagi dapat menekan kontaminasi yang
dapat membahayakan kosumen. Pembungkusan susu bubuk perlu menggunakan dua
pembungkus, yaitu wadah utama dan wadah sekunder untuk melindungi wadah
pertama. Wadah utama harus bersifat tahan terhadap perubahan warna, flavour,
rasa dan perubahan-perubahan produk lainnya. Disamping itu wadah utama harus
bisa melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemak,
mencegah masuknya gas, melindungi dari sinar matahari, serta tahan terhadap
tekanan dan benturan.
Bahan pengemas susu bubuk terdiri dari pengemas
primer, pengemas sekunder dan pengemas tersier. Pengemas primer (yang
berhubungan langsung dengan produk) terbuat dari kaleng dan almunium foil.
Pengemas sekunder (tidak berhubungan langsung dengan produk) terdiri dari dua
pengemas yaitu folding box untuk membungkus kemasan almunium foil dan kemasan
karton box untuk membungkus kemasan kaleng dan ”sachet”.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
:
Pengertian SUSU
Mengetahui
kerusakan pada susu bubuk
Mengetahui
keluar-masuknya produk susu di gudang
Mengetahui
sanitasi pada gudang penyimpanan
BAB II
PEMBAHASAN
Susu Bubuk
Susu
bubuk adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk
mempunyai daya tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu
disimpan di lemari es karena kandungan uap airnya sangat rendah. Susu bubuk
adalah bubuk yang dibuat dari susu kering yang solid. Susu bubuk mempunyai daya
tahan yang lebih lama daripada susu cair dan tidak perlu disimpan di lemari es
karena kandungan uap airnya sangat rendah.
Susu
bubuk adalah susu yang dipanaskan hingga kering dan berbentuk bubuk. Ada tiga
macam, yaitu :
- Susu formula Susu bubuk khusus untuk bayi dengan formula yang disesuaikan dengan ASI dan ditambah beberapa vitamin, mineral dan zat besi. Meskipun demikian, ASI tetap tidak dapat ditandingin oleh susu buatan manapun. Apabila terpaksa memberikan susu bubuk kepada bayi, sebaiknya berkonsultasii terlebih dahulu dengan dokter. Dan jangan lupa memperhatikan aturan pakai serta kebersihan peralatannya.
- Susu full cream atau whole milk Susu yang berkadar lemak tingi ± 26%. Baik untuk anak yang kekurangan gizi. Susu full cream kadar proteinnya dan laktose serta karbohidrat lebih rendah jika dibandingkan dengan susu skim. Sebaliknya kadar lemak serta vitamin A susu full cream lebih tinggi dari susu skim.
- Susu skim (not fat) Susu ini mengandung lemak sedikit sekali dan tidak mengandung vitamin A dan D. Tapi kadar protein dan karbohidratnya tinggi. susu ini tidak cocok untuk bayi dan cocok untuk orang yang diet kalorie rendah. Disamping itu semua ada juga susu yang terbuat dari nabati (kedelai). Susu kedelai kadar vitamin A, C dan mineral Calsium serta Ferum (besi) relatif kecil.
Sifat fisik susu bubuk:
§ Sangat
Higroskopis
§ Berbentuk
serpihan bergerigi bila dikeringkan dengan roll dryer
§ Berbentuk
gumpalan tak teratur, berisi rongga-rongga udara yang kecil bila dikeringkan
dengan Spray Dryer
§ Lebih mudah
larut, partikel berukuran 150 mikron
§ Terapung di air
bila partikel berukuran sangat kecil
Kerusakan-kerusakan pada Susu
2.1 Kerusakan Kimia
Kerusakan kimiawi yang dapat terjadi pada produk susu
bubuk yaitu terjadinya perubahan pH dan kadar lemak. Nilai pH (potential
of hydrogen) atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman (atau kebasaan) yang dimiliki oleh suatu larutan. Nilai pH dinyatakan
netral, bila ion H+ dan ion OH- terlarut pada jumlah yang sama atau apabila
memiliki nilai pH sebesar 6,5-7 (Arpah, 2003).
Nilai pH atau keasaman liquid MST dipengaruhi
oleh kandungan total solid (TS) di dalamnya. TS liquid MST
terdiri atas TS dengan komponen lemak dan TS tanpa komponen lemak atau disebut
solid non fat (SNF). SNF diantaranya terdiri atas kasein, laktosa dan whey
protein. Widodo (2003) menyatakan bahwa susu dengan kandungan TS yang
tinggi diduga mempunyai keasaman yang lebih tinggi dari pada kondisi standar.
Peningkatan keasaman menandakan kecenderungan yang mengarah pada penurunan
persentase SNF (lemak, kasein dan laktosa). Sebaliknya, penurunan
keasaman menandakan adanya peningkatan persentase protein non kasein yaitu whey
protein dan abu. Susu yang mempunyai keasaman tinggi mempunyai nutrien yang
lebih banyak dan mempunyai kekhususan yaitu tingginya kandungan fosfat.
Kerusakan kadar lemak dapat mempengaruhi tingkat
kelarutan di dalam air dan mutu fisik penampakan larutan; menjadi sumber
penyebab utama terjadinya ketengikan dan reversion (perubahan bau
sebelum terjadi proses ketengikan). Reversion ini terjadi karena
susu bubuk berlemak mudah sekali menyerap bau dari udara lingkungan.
Hasil oksidasi lemak dalam bahan pangan tidak hanya
mengakibatkan rasa dan bau tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan
nilai gizi, karena kerusakan vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam esensial
dalam lemak.
2.2 Kerusakan Mikrobiologi
Mikroorganisme menghendaki aw minimum agar dapat
tumbuh dengan baik, yaitu untuk bakteri 0,90, khamir 0,80−0,90, dan kapang
0,60−0,70. Pada aw yang tinggi, oksidasi lemak berlangsung lebih cepat
dibanding pada aw rendah. Kandungan air dalam bahan pangan, selain mempengaruhi
terjadinya perubahan kimia juga ikut menentukan kandungan mikroba pada pangan
(Arpah, 2003).
Mikroba patogen yang umum mencemari susu bubuk adalah E.
coli. SNI mensyaratkan bakteri E. coli tidak terdapat dalam susu dan
produk olahannya. Selain E.coli, beberapa bakteri patogen yang umum mencemari
susu segar adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Campylobacter
sp., Listeria monocytogenes, Salmonella sp., dan Staphylococcus
aureus. Susu perlu mendapat penanganan yang tepat dan benar, antara lain
dengan melakukan proses pemanasan, baik pasteurisasi ataupun sterilisasi untuk
membunuh mikroba patogen. Pencemaran pada susu bisa juga terjadi setelah proses
pemanasan dan pada saat pengemasan. Alat dan cara pengemasan yang tidak steril
berpotensi menyuburkan tumbuhnya bakteri patogen di dalam susu (Djaafar, dan
Rahayu, 2007).
2.3 Kerusakan fisik
Kerusakan fisik yang terjadi pada susu meliputi warna,
tekstur, rasa, dan aroma. Kerusakan tersebut dipengaruhi oleh adanya mikroba
pembusuk yang ada di dalam susu dan juga faktor lingkungan. Susu dikatakan
rusak apabila warnanya sudah berubah, tekstur susu menggumpal, rasanya sudah
asam, aromanya sudah tidak segar (busuk dan tengik).
Selain itu adapula hama (serangga) yang
menyerang susu bubuk :
![]() |

Hama Gudang
Sebelum dilakukan penyimpanan pada susu, maka harus dipastikan bahwa gudang terbebas dari hama. Semua lubang yang memungkinkan hama masuk ke dalam gudang harus ditutup sehingga tidak terjadi kontaminasi selama penyimpanan berlangsung. Adanya hama di dalam gudang akan meningkatkan resiko penularan suatu penyakit yang dibawa oleh hama tersebut.
Sebelum dilakukan penyimpanan pada susu, maka harus dipastikan bahwa gudang terbebas dari hama. Semua lubang yang memungkinkan hama masuk ke dalam gudang harus ditutup sehingga tidak terjadi kontaminasi selama penyimpanan berlangsung. Adanya hama di dalam gudang akan meningkatkan resiko penularan suatu penyakit yang dibawa oleh hama tersebut.
Alur Masuk- Keluar Produk dari Gudang

SUASANA DALAM GUDANG SUSU


Sanitasi dan Manajemen Pergudangan.
Tersedianya sarana pergudangan yang baik tanpa diikuti dengan pelaksanaan program sanitasi dan manajemen pergudangan yang teratur dapat menghambat usaha perawatan kualitas yang dijalankan. Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan hama yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain. Dari sistem pengawasan yang teratur dapat segera dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan atau penyaluran bahan pangan dengan segera bila diperlukan.
Dalam kerangka manajemen pergudangan yang baik selain melakukan sistem penumpukan yang memenuhi syarat, juga prinsip FIFO (First in first out) sedapat mungkin dilaksanakan dalam penyaluran bahan pangan.
Tersedianya sarana pergudangan yang baik tanpa diikuti dengan pelaksanaan program sanitasi dan manajemen pergudangan yang teratur dapat menghambat usaha perawatan kualitas yang dijalankan. Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan hama yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain. Dari sistem pengawasan yang teratur dapat segera dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan atau penyaluran bahan pangan dengan segera bila diperlukan.
Dalam kerangka manajemen pergudangan yang baik selain melakukan sistem penumpukan yang memenuhi syarat, juga prinsip FIFO (First in first out) sedapat mungkin dilaksanakan dalam penyaluran bahan pangan.
Tujuan Sanitasi adalah untuk mencegah masuknya
kontaminan dalam makanan dan peralatan pengolahan makanan serta mencegah
terjadinya rekontaminasi.
1.
Sanitasi bahan baku
Susu segar
yang diterima selalu dilewatkan pada suatu filter setelah pemanasan dari balance tank.
2.
Sanitasi air
Air
merupakan komponen ynag vital bagi industri pengolahan susu karena selama
proses produksi berlangsung air selalu digunakan untuk membersihkan alat.
3.
Sanitasi alat
Permukaan
alat dan mesin yang kontak langsung dengan susu harus mempunyai tingkat
kebersihan yang tinggi
4.
Sanitasi pekerja
5.
Sanitasi gedung dan lingkungan
Di titik
beratkan pada segi estetika, kesehatan pekerja, dan mengurangi terjadinya
kontaminasi pada produk akhir.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
·
Proses pembuatan susu pada setiap industri sangat
bervariasi tergantung dari jenis produk yang dihasilkan. Secara garis besar
proses produksi pengolahan susu terdiri dari kegiatan penerimaan dan
penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan
penyimpanan.
·
Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di
gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan
hama yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain.
Terdapat
beberapa hal yang penting untuk diperhatikan sebelum dilakukan
penyimpanan : Kadar Air Bahan, Suhu (temperatur) Udara di Ruang
Penyimpanan, Kelembaban Udara (Relatif Humidity) di Ruang Penyimpanan, Hama
Gudang.
Ada beberapa
sanitasi dan manajemen dalam penggudangan, diantaranya :
Sanitasi
bahan baku
Sanitasi air
Sanitasi
alat
Sanitasi
pekerja
Sanitasi
gedung dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Arpah,
M. 2003. Pengawasan Mutu Pangan. Andi Offset. Bandung.
Djaafar, T.F dan S. Rahayu. 2007. Cemaran
Mikroba Pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. 26(2) : 67-75. Jurnal Litbang Pertanian Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Yogyakarta.
Inkuiri.
2011. Mesin Sealer Plastik &
Alumunium Foil. http://www.suryayan-mesin-sealer-plastik-alumunium-foil.htm.
Diakses tanggal 13 Januari 2013 pukul 16:45 WIB.
Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992.
Petunjuk Labratorium Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB.
Bogor.
Spreer, E.
1998. Milk and Daily Product
Technology. Transled by Axel Mixa.
Mareell Dekker Inc. New York.
Syarief, R., S.Santausa,
St.Ismayana B. 2009. Teknologi
Pengemasan Pangan. Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan
dan Gizi. IPB.
Tjahjadi, C dan Herlina Marta. 2011. Pengantar
Teknologi Pangan. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Widodo.
2003. Teknologi Proses Susu
Bubuk. Lacticia Press. Yogyakarta.
http://andrewopunk.blogspot.com/2010/11/pengemasanpenggudangan-dan-penyimpanan.html (diakses 23 april 2015, pukul 18.53 wib)